KOLEKSI ERA SHOP TERBARU
Home » » Waspadai Bahaya Bully pada Buah Hati Anda

Waspadai Bahaya Bully pada Buah Hati Anda


Kenakalan tsb di sebut bully. Bully secara umum di definisikan sebagai perbuatan tak menyenangkan baik menggunakan kekerasan secara fisik maupun kekerasan verbal pada anak di sekolah atau lingkungan tempat tinggalnya contoh mengatai, memaki, memukul, mengancam, merusak barang kepunyaan anak dan melukai anak. Bully tidak saja dilakukan pada sesama siswa. Guru juga bisa menjadi pembully jika melakukan kekerasan pada anak dididiknya. Aktivitas Bully yang dilakukan murid biasanya dilakukan tanpa sepengetahuan guru dan jika diketahui oleh guru pun, sebagian besar berpendapat hanya polah kenakalan anak2 biasa (lihat film dokumenter Thalia tentang bully).

Anak2 korban bully umumnya memilih mendiamkan bully yang dialaminya karena guru yang berpendapat bully hanya kenakalan biasa tidak terlalu memperhatikan laporan anak dan jika anak melapor pada orang tua akan ditegur guru karena dianggap membesar2kan masalah dan anak di cap tukang ngadu atau cengeng oleh teman2nya sehingga memperberat kondisi yang dihadapi anak di sekolah. Namun korban yang memilih diam dan patuh biasanya justru makin ditekan pembully dan jika melawan maka pembully tidak segan berlaku lebih keras pada korban.

Banyak orang berpikir bully hanya kenakalan anak2 biasa dan masalah selesai jika pelaku minta maaf dan korban bersedia berdamai. Namun problem psikis yang ditimbulkan bully ternyata tak seringan itu. Minggu lalu saya menonton film Girl Fight di saluran TV kabel Diva Universal. Girl Fight terinspirasi dari kisah nyata dampak psikologis bullying pada seorang siswa SMU di Amerika. Ketika kasus tsb terungkap dan pelaku tertangkap serta mereka berdua sepakat damai, masalah yang dihadapi korban tidaklah selesai

Di film Girl Fight diceritakan korban bully adalah anak yang ceria dan terpandai di sekoahnya dan calon penerima beasiswa universitas ternama. Kekerasan yang diterimanya tsb bukannya membuat dia marah pada orang yang mem bully nya justru membuatnya menyalahkan dirinya sendiri. Ia menganggap dirinya bodoh mau berteman dengan pembully dan menyalahkan tak bisa memakai otaknya yg pintar agar dapat memilih teman yang baik. Ia juga merasa layak menerima perlakuan bully tsb karena tak mau patuh dan menurut pada pembully nya. Padahal akibat bully tsb sebelah matanya buta dan gegar otak. Dampak lanjut.. ia merasa tak berarti, tak percaya diri lagi, malu bertemu orang, malu bergaul dan milih ngumpet di rumah karena takut ancaman balasan dari pembully nya. Pada kasus ekstrim seperti di Amerika, Jepang dan Australia, sejumlah korban memilih bunuh diri karena frustrasi tak menemukan jalan keluar. Rentang anak yang memilih bunuh diri karena bully berusia 7 – 16 tahun. Tuh..dampak bully ternyata tidak ringan bukan?

Siapa yang menjadi korban bully? Well, rekan2 pasti bilang anak2 dengan kekurangan atau kelainan fisik mis. cacat, gagap, penampilan yang aneh, anak2 yang pemalu dan anak2 yang kurang mampu. Tidak salah. Tapi menurut Bunda Elly Risman, konselor parenting Yayasan Kita dan Buah Hati, anak2 cerdas dan anak2 yg punya bakat luar biasa juga kerap jadi sasaran bully di sekolah. Lho kok? Ya..secara teori, bully terjadi pada anak2 yang dianggap berbeda atau menonjol di lingkungannya. Bunda Elly bercerita pernah menangani korban bully seorang juara olimpiade sains tingkat internasional yang dilakukan teman2nya di sekolahnya. Anak ini berulang kali masuk RS karena perbuatan bully teman2nya tapi bertahan hingga lulus dan sekarang sudah sekolah di luar negeri. Korban bully lainnya adalah seorang penari berbakat yang sering mengisi pentas di mancanegara. Dengan penjelasan Bunda tsb, saya paham mengapa kedua putri saya jg menjadi sasaran bully, si sulung yang menekuni film dan si tengah yang juara satu di sekolahnya sehingga lahirlah film Thalia tentang pengalaman dirinya dan adiknya di bully yang alhamdulilah terpilih sebagai finalis film terbaik Kidffest 2011.

Yang membuat saya miris menurut survei alasan orang tua memilih pendidikan homeschooling bagi anaknya yaitu pertama, untuk pengembangan bakat dan kedua, menghindari anak dari bullying. Dengan semakin tingginya trend homescholing akhir2 ini, rekan2 dapat menduga bahwa insiden bullying juga makin tinggi.   Wuih, ngeri.
Terus gimana dong mendeteksi anak sebagai korban bullying? Ingat lho, umumnya bullying terjadi di belakang guru sehingga jika temans mengecek ke guru biasanya guru mengatakan tak tahu atau jika pun tahu guru menganggap kenakalan biasa. So..ini tips nya. Semoga membantu.

  1. Perilaku anak dari hari ke hari berubah makin murung dan diam. Kadang anak menyendiri sendiri di kamar, tiba2 menangis sendiri tanpa sebab jelas tapi jika ditanya mengelak dan mengatakan tidak apa2.
  2. Anak menjadi lebih sensitif seperti mudah marah, tersinggung dan cengeng jika ditanya atau ditegur orang tua.
  3. Prestasi semakin menurun dan anak sulit berkonsentrasi belajar. Guru juga melaporkan anak kerap tidak menyerahkan tugas atau PR nya.
  4. Jika berangkat sekolah tidak bersemangat, terlambat bangun, kadang ketakutan dan enggan berangkat dengan beragam alasan. Jika dipaksa berangkat sekolah, mendadak sakit perut, mengeluh pusing atau demam. Sakit perut, pusing dan demam adalah reaksi akibat ketakutan yang sangat.
  5. Cek barang anak. Biasanya anak kehilangan barang atau sejumlah barangnya rusak. Misalnya buku yang hilang, robek, sampul yang copot atau dicoret-coret, pinsil patah, rautan pecah, baju yang koyak, dsb. Tapi jika ditanya anak selalu mengelak dan mengatakan itu perbuatannya.
  6. Cek tubuhnya seperti keberadaan memar, luka dan benjol. Seperti biasa jika ditanya anak selalu mengelak dan mengatakan jatuh, keserempet, dsb.
  7. Pembully biasanya juga minta sejumlah uang atau makanan yang dibawa anak. Cek  apakah anak jajan hari itu dan apakah uang mis.SPP yang dititipkan pd anak telah dibayarkan. Kadang pembully juga mendesak korban membawakan uang lebih banyak. Jadi jika anak sering minta uang lebih dari biasanya misalnya buat beli buku, iuran ini itu, dsb, ceklah dengan pihak sekolah.
  8. Anak pulang sekolah lebih lama dari biasanya tanpa alasan yang jelas. Biasanya anak ditahan pembully untuk mengerjakan sesuatu mis.mengerjakan PR nya.


Jika bully terjadi dalam tahap kritis, muncul beberapa gejala tsb di atas, tidak cukup satu. Jadi waspadalah.
Bagaimana bila ternyata anak benar2 jadi korban bully apa solusinya? Jika guru menganggap itu hanya kenakalan biasa dan teman2 kelasnya tidak ada yang berani membela anak saat di bully, segera pindahkan anak dan cari sekolah yang dapat melindungi anak !

Mengapa? Bully ibarat mata rantai sebuah siklus. Anak berani membully karena lingkungan menganggap perilaku anak tsb normal dan anak2 lain dalam kelas dapat menjadi penentu berat ringannya bully. Jika anak2 sebagai saksi mata kekerasan tsb acuh tak acuh dan tak berani bertindak minta pembully menghentikan tindakannya serta memberi pertolongan pada korban bully, maka korban akan semakin terjepit dan menjadi bulan2an pembully. 
Jika guru menghargai laporan orang tua dan bersedia bekerjasama, serta anak punya sejumlah teman baik yang mendukungnya, ajarkan anak agar menceritakan pengalaman yang tak menyenangkan yang dialaminya di sekolah hari itu lalu ajak anak berdiskusi bagaimana solusi mengatasinya. Kadang anak hanya merasa ia perlu didengar keluhan dan perasaannya kemudian dapat memutuskan sendiri solusinya. Dengan membiasakan berdiskusi dan menganalisa, anak akan lebih tegar dan meski mungkin bullying yang diterimanya tak bisa hilang sama sekali namun meminimalisir nya. Karena anak yang berubah jadi lebih kuat dan tegas, membuat pembully berpikir 2x untuk menekan korbannya.

Di tingkat SMP dan SMU bully juga bisa terjadi karena tradisi senioritas yang diwariskan dimana adik kelas harus menurut pada kakak kelas. Jika tidak menurut maka akan ditekan sedemikian rupa. Oleh karena itu sangat penting mengkampanyekan bahaya bully dan mengajarkan anak2 untuk bekerjasama, saling tolong menolong, menyayangi sesama serta melindungi yang lebih muda.

Nunki Suwardi
Pusat Pengembangan Studi Psikologi Komunikasi Bawah Sadar
Klinik Deteksi Dini & Stimulasi Tumbuh Kembang Ana

0 komentar:

Posting Komentar